Ketika memulai suatu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, pasti rasanya sulit.  Ketika keraguan datang membelenggu jiwa, dada tera...

Luka Batin Masa Lalu yang Terus Membelenggu

Ketika memulai suatu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, pasti rasanya sulit. 

Ketika keraguan datang membelenggu jiwa, dada terasa sesak dan pandangan menjadi gelap gulita. Berbagai pertanyaan muncul di kepala, terus bergeming hingga pekak rasanya. Tidur tak nyaman, makan tak enak, aktivitas mulai amburadul, semrawut! Ingin ku teriak sekencang-kencangnya, tapi mulut ini seperti terbungkam oleh gengsi diri perihal dewasa. "Malu-maluin!" suara olokan dari dalam diri yang akhirnya menahanku untuk teriak, membatalkan tekadku untuk memberitahukan seluruh dunia betapa sulitnya keadaanku saat ini. Entah apa yang membelenggu jiwa dan membungkam mulut untuk berbicara. Kata orang, sulitnya seseorang membuka diri bukan karena introvert atau etrovert tapi ada pemicu yang membuatnya sulit untuk bicara. Bisa saja ketika merasa nyaman dengan seseorang maka ia akan dengan sendirinya mencurahkan perasaannya atau kesulitan yang sedang dialaminya. Namun ada pula orang yang tak berani untuk berkata karena ada sesuatu yang menahan dirinya, inner child saah satunya.

Yaps, pengalaman buruk di masa lalu yang masih terasa hingga saat ini. Bagi sebagian orang ini akan sangat menyiksa, terkadang tak tahu apa penyebabnya. Seseorang mendadak sedih,  tiba-tiba marah, menangis karena terbesit suatu hal yang mengingatkannya akan kisah di masa lalunya. Memori itu lama terkubur, nun jauh di sana tapi masih tersimpan rapat dan belum terbuka. Inilah yang disebut dengan luka batin. Luka akibat perlakuan atau pengalaman buruk yang pernah seseorang alami yang membekas pada dirinya sehingg mempengaruhi perilakunya. Semakin lama luka itu tak diobati maka suatu saat akan kembali terbuka lagi.

Satu-satunya cara untuk mengobati luka batin adalah mengurai apa penyebab luka itu, lalu memaafkan apa yang telah terjadi. Memori kesedihan, kemarahan yang pernah terjadi sedikit demi sedikit akan terurai hingga mengerti apa akar permasalahannya. Lalu coba sembuhkan luka itu dengan memaafkannya perlahan, lakukan dengan afirmasi setiap hari. Coba datangi lagi memori atau kejadian buruk yang pernah kita alami, lalu coba maafkan orang-orang atupun diri sendiri atas kesalahan atau kelakuan yang menyakitkan. Mulai jabat lagi, beri senyuman untuk segala kebaikan orang-orang tersebut sehingga ingatan penuh dengan kebaikan bukan kebencian yang kita rasakan.

Energi negatif dari emosi-emosi negatif ini harus dikeluargan sehingga tubuh atau diri ini akan memancarkan aura positif, aura penuh kasih sayang. 

0 Comments:

Silahkan berkomentar dengan bijak!